Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Gedung "Sakit" di Indonesia

Kompas.com - 25/02/2011, 09:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Litbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Faisal Yatim mengatakan banyak gedung di Indonesia yang menderita sindrom bangunan sakit (sick building syndrome /SBS). Situasi ini menyebabkan penurunan produktivitas kerja para penghuni gedung.

SBS, kata Faisal adalah situasi dimana para penghuni gedung atau bangunan mengalami permasalahan kesehatan dan ketidaknyamanan karena waktu yang dihabisakan dalam bangunan. "Faktor yang menyebabkan SBS terdapat pada permasalahan kualitas udara atau polusi udara. Polusi udara dapat disebabkan buruknya ventilasi udara atau cahaya, emisi ozon dari mesin foto kopi, polusi dari perabot dan panel kayu, serta asap rokok," kata Faisal di Jakarta, Kamis (24/2/2011).

Untuk menciptakan kondisi bangunan yang menunjang produktivitas pekerja di dalam gedung, Faisal mengatakan sebaiknya para pengelola gedung di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar, Medan dan Makasar merujuk pada konsep bangunan hijau. Di antaranya, pihak pngelola gedung harus memperhatikan desain gedung terutama vetilasi udara dan cahaya.

Pengelola juga tidak menggunakan AC sentral yang memungkinkan lalainya perawatan. "Pipa dan saluran AC yang cenderung tidak dirawat akan menimbulkan korosi," ujarnya.

Yanu Aryani dari tim rating Green Building Council Indonesia (GBCI) menambahkan solusi yang disampaikan oleh Faisal terdapat dalam konsep Green Building, yang mengakomodasi pengaturan introduksi udara luar, pemilihan material yang rendah VOCs, dan pemeliharaan kebersihan saluan ventilasi udara.

"Dengan konsep ini dapat mengatasi berkembangnya SBS yang terkadang tidak diketahui para penghuni gedung. Kalau dibiarkan, SBS akan menyumbang indikasi penyakit legionellesis dengan gejala pusing, iritasi mata dan hidung, gamang, lelah dan sesak nafas," kata Yanu.

Faisal mengatakan, konsep bangunan yang green sudah selayaknya digalakkan. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 30 persen seluruh bangunan atau gedung yang ada di dunia memiliki permasalahan terkait kualitas udara dalam ruangan.

"Penting dipahami untuk menjaga lingkungan indoor karena mempengaruhi kinerja para pekerja yang menghabiskan waktu 90 persen di dalam ruangan," ujarnya. (Natalia Ririh)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau